Tutorial Watarasebashi #11 – Konsonan bersuara pada kata gabungan

Watarasebashi dan matahari
watarase + hashi = watarasebashi

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Setelah mempelajari pengelompokan kana menjadi baris-baris tertentu, sekarang kita akan belajar suara-suara konsonan tambahan yang diperoleh dengan memodifikasi suara-suara dasarnya. Setelahnya, kita akan bisa memamahi pembentukan kata watarasebashi dan kata-kata lain yang sejenis.

Konsonan bersuara dan plosif

Beberapa suara konsonan bunyinya mirip dengan konsonan lain. Contohnya, coba kamu buat suara “ta” dan “da” dengan mulutmu, lalu bandingkan gerakan lidah dan bunyi keduanya. Mirip kan?

Fonologi Jepang sadar akan kemiripan tersebut, dan oleh karenanya hiragana untuk “da” hanyalah hiragana “ta” yang diberi tanda tambahan:

tanda dakuten

Tanda yang memodifikasi suara tersebut adalah dua garis kecil yang mirip tanda kutip (゛) dan disebut dakuten (濁点). Karena bentuk garis kecilnya disebut ten (点), kadang-kadang tanda itu secara informal disebut tenten (点々). Suara konsonan hasil modifikasinya disebut sebagai konsonan bersuara (voiced consonant).

Daftar perubahan suara yang mungkin dengan tanda dakuten adalah k→g, s→z, t→d, dan h→b. Beberapa suara perkecualian pada kana dasar juga menghasilkan perkecualian jika disuarakan, misalnya “shi” (し) yang menjadi “ji” (じ) dan bukan “zi”.

Terdapat juga tanda lingkaran (゜) yang mengubah suara vokal h→p. Tandanya disebut handakuten (半濁点) atau secara informal maru (丸). Suara konsonan p ini secara teknis disebut plosif.

Inilah daftar seluruh suara modifikasi tersebut:

Vokal
a i u e o
k→g
ga

gi

gu

ge

go
s→z
za

ji

zu

ze

zo
t→d
da

ji

dzu

de

do
h→b
ba

bi

bu

be

bo
h→p
pa

pi

pu

pe

po

Perhatikan bahwa suara “ji” bisa ditulis dengan じ maupun ぢ. Hampir selalu, yang digunakan adalah じ. づ suaranya adalah “dzu” namun seringkali dalam romanisasi ditulis “zu”.

Penyuaraan dalam pembentukan kata

Di bahasa Jepang, jika dua kata digabung menjadi satu kata baru, seringkali konsonan awal pada kata kedua disuarakan. Misalnya, suara yang aslinya “h” berubah menjadi “b” pada kata gabungan. Dengan pengetahuan ini, sekarang jelas kenapa watarase (nama) + hashi (jembatan) menjadi watarasebashi (Jembatan Watarase)!

Di bawah akan diberikan contoh-contoh gabungan kata yang semuanya menggunakan penyuaraan. Formatnya adalah kuis, jadi coba jawab sebelum melihat kuncinya. Silahkan menggunakan tabel perubahan suara di atas sebagai referensi.

1) shabon (sabun) + tama (bola) =
Jawaban: shabondama (gelembung sabun)
2) watarase (nama) + kawa (sungai) =
Jawaban: watarasegawa (Sungai Watarase)
3) takara (harta karun) + hako (kotak) =
Jawaban: takarabako (kotak harta karun)
4) hyoutan (nama) + shima (pulau) =
Jawaban: hyoutanjima (Pulau Hyoutan)
5) hana (bunga) + hi (api) =
Jawaban: hanabi (kembang api)
6) hito (orang) + hito (orang) =
Jawaban: hitobito (orang-orang)
7) ao (biru) + sora (langit) =
Jawaban: aozora (langit biru)
8) ya (panah) + shirushi (tanda) =
Jawaban: yajirushi (tanda panah)
9) hana (hidung) + chi (darah) =
Jawaban: hanaji (mimisan)
10) suika (semangka) + hatake (ladang) =
Jawaban: suikabatake (ladang semangka)

Di atas telah disebutkan bahwa suara “ji” umumnya ditulis dengan じ. Namun perhatikan bahwa hanaji jika ditulis dengan hiragana adalah はなぢ dan bukan はなじ. Ini mudah dimengerti karena kata pembentuk keduanya adalah ち (chi, darah) dan bukan し (shi).

Terakhir, perlu diingat juga bahwa penyuaraan yang telah dibahas tidaklah universal. Sebagai contoh, niwa (taman) + ki (pohon) adalah niwaki (pohon taman) tanpa penyuaraan. kutsu (sepatu) + shita (bawah) juga hasilnya hanyalah kutsushita (kaos kaki).

Penutup

Kita telah selesai membahas judulnya. Selanjutnya, kita akan mulai membahas tata bahasa yang terdapat pada liriknya. Sampai jumpa!

Lampiran: daftar kata

Kata-kata yang tadi muncul sebagai contoh didaftar di sini.

橋 (hashi): jembatan
渡良瀬橋 (watarasebashi): jembatan Watarase
島 (shima): pulau
ひょうたん島 (hyoutanjima): pulau Hyoutan (dengar lagunya!)
シャボン (shabon): sabun
シャボン玉 (shabondama): gelembung sabun
川 (kawa): sungai
渡良瀬川 (watarase): sungai Watarase
宝 (takara): harta karun
箱 (hako): kotak
宝箱 (takarabako): kotak harta karun
花 (hana): bunga
火 (hi): api
花火 (hanabi): kembang api
人 (hito): orang
人々 (hitobito): orang-orang
青 (ao): biru
空 (sora): langit
青空 (aozora): langit biru
矢 (ya): panah
印 (shirushi): tanda
矢印 (yajirushi): tanda panah
鼻 (hana): hidung
血 (chi): darah
鼻血 (hanaji): mimisan (hidung berdarah)
スイカ (suika): semangka
畑 (hatake): ladang
スイカ畑 (suikabatake): ladang semangka
庭 (niwa): taman
木 (ki): pohon
庭木 (niwaki): pohon taman
靴 (kutsu): sepatu
下 (shita): bawah
靴下 (kutsushita): kaos kaki

Simpan di situs bookmarking sosial:
  • Digg
  • del.icio.us
  • Twitter
  • Facebook
  • Technorati
  • Tumblr
  • Slashdot
  • StumbleUpon
  • Mixx
  • Google Bookmarks
  • Live
  • Identi.ca
  • LinkedIn

Tags: , , ,

3 Responses to “Tutorial Watarasebashi #11 – Konsonan bersuara pada kata gabungan”

  1. [...] toori langsung mengikuti nama atau verba, maka suaranya berubah menjadi doori. Artinya tetap sama, bisa “jalan” maupun “sejalan”. [...]

  2. [...] Kedua kanji tersebut digunakan di nama-nama misalnya 夏目漱石 (Natsume Souseki) sang novelis terkenal dan 山口 (Yamaguchi) yaitu salah satu prefektur di Jepang. Sampingan: Kenapa kuchi menjadi guchi? [...]

  3. [...] tsuribito (釣り人, pemancing) = orang yang memancing Sampingan: Penyuaraan konsonan pada kata gabungan [...]

Tulis komentar