Posts Tagged ‘audio’

Bentuk Perintah pada Bahasa Jepang

Sabtu, 14 November 2009 oleh Agro Rachmatullah

Ke sini!
Sini!

Pada bahasa Indonesia, banyak bentuk kamus verba yang sudah langsung merupakan bentuk perintah. Contohnya adalah “Makan!”, “Baca!”, dan “Pergi!” Di bahasa Jepang, kita tentunya juga bisa memberikan perintah. Namun kita perlu mengubah verbanya menjadi bentuk perintah terlebih dahulu. Aturannya merupakan salah satu yang tergampang di bahasa Jepang, jadi kamu bisa dengan mudah bersenang-senang (atau mendapat masalah).

Sebelumnya, ingatlah bahwa ini adalah bahasa yang sangat kasar sehingga seharusnya kamu tidak akan sering memerlukannya. Untuk meminta orang melakukan sesuatu, banyak pilihan sopan lain yang tersedia misalnya menggunakan -te kudasai.

Hanya saja, bentuk perintah sangat sering muncul di media seperti dorama, anime, dan manga sehingga kamu perlu mengetahuinya. Saat kamu menemui bentuk ini, perhatikan baik-baik konteksnya. Contohnya adalah dua orang yang sedang bertarung dan meneriakkan “shine!” (Mati sana!). Dalam hal ini, karena mereka memang berniat saling menghabisi tentunya tidak perlu bersopan-sopan.

(more…)

Kawatteru: aneh!

Sabtu, 31 Oktober 2009 oleh Agro Rachmatullah

Alien: aneh?
Aneh?!? – Sumber gambar: Flickr

Kanji 変 (hen) bisa memiliki arti “perubahan” maupun “aneh”. Kata kawaru (変わる) yang menggunakan kanji tersebut bisa memiliki kedua arti itu sehingga orang sering salah menerjemahkannya. Di sini kita akan membahas hal tersebut.

Pertama-tama, perlu dipahami bahwa “perubahan” sebetulnya sangat berkaitan dengan “aneh”. Sebut saja warna kulit orang. Warna kulit orang bermacam-macam, mulai dari putih, kuning langsat, sawo matang, sampai hitam. Saat ini, warna kulitmu adalah warna kulit normal manusia. Namun coba bayangkan bahwa suatu pagi kamu bangun dan warna kulitmu berubah menjadi hijau. Kamu tidak akan lagi menjadi normal, namun menjadi aneh! Jadi, “aneh” adalah keadaan yang terjadi kalau sesuatu yang normal berubah menjadi tidak normal. Oleh karenanya, tidaklah aneh (ehm) kalau makna “perubahan” dan “aneh” dijejalkan dalam satu kanji yaitu hen (変).

Contoh kata yang menggunakan hen (変)

Setelah memahami filosofi dasar kanji 変 tersebut, berikutnya kita lihat beberapa contoh kata yang menggunakannya. Tentunya kata paling sederhana yang bisa dibentuknya adalah kata hen itu sendiri yang merupakan adjektiva-na dengan arti “aneh”:

あの先生は変な人だよ
ano sensei wa hen na hito da yo
Guru itu orang yang aneh loh

あの (ano): itu
先生 (sensei): guru
変 (hen): aneh
人 (hito): orang

(more…)

Menggunakan pengandaian -ba untuk menggabung dua kalimat negatif (- mo nakereba, – mo nai)

Minggu, 4 Oktober 2009 oleh Agro Rachmatullah

Perhatikan dua kalimat negatif berikut:

犬はいない。猫はいない。
inu wa inai. neko wa inai.
Tidak ada anjing. Tidak ada kucing.

犬 (inu): anjing
いる (iru): ada (benda hidup kecuali tumbuhan)
猫 (neko): kucing

Dua kalimat negatif yang berurutan seperti contoh di atas bisa digabung dengan memanfaatkan pengandaian -ba sehingga artinya “Tidak ada anjing maupun kucing”. Inilah caranya:

(more…)

Berbicara tentang panas

Kamis, 23 April 2009 oleh Agro Rachmatullah

Korek api yang panas
Sumber gambar: Wikipedia

Beberapa teman saya baru-baru ini menggerutu tentang panasnya udara saat ini. Saya sendiri juga bisa bersimpati dengan mereka karena cuacanya memang sedang panas sekarang. Oleh karena itu, kali ini kita akan membahas kata atsui yang berarti panas.

Kanji yang berbeda

Pertama-tama, perlu diketahui bahwa orang Jepang membedakan antara konsep udara panas dengan benda panas. Hal ini direfleksikan dengan penggunaan dua kanji yang berbeda.

Untuk udara atau cuaca yang panas penulisan kanjinya adalah 暑い. Kamu bisa perhatikan bahwa kanji tersebut memuat bentuk matahari (日) di atas. Ingat-ingat saja bahwa panasnya udara disebabkan karena terik matahari.

Untuk benda yang panas, misalnya air, makanan, atau suhu tubuh, digunakan 熱い. Secara kasarnya, kalau kamu perlu menyentuh atau mendekatkan tangan kamu pada benda tersebut untuk merasakan panasnya maka kamu menggunakan kanji ini. Pada kanji tersebut bentuk bawahnya adalah bentuk api (火).

(more…)

-te kuru: pergi dan kembali lagi

Selasa, 14 April 2009 oleh Agro Rachmatullah

\"Tunggu di sini, aku akan datang kembali\"
“Tunggu di sini. Aku akan pergi dan nanti datang kembali!”

kuru (来る) adalah verba yang berarti “datang” (betuk sopannya adalah kimasu). Inilah contoh kalimat sederhananya:

私はインドネシアから来ました
watashi wa indoneshia kara kimashita
Saya datang dari Indonesia

私 (watashi): saya
インドネシア (indoneshia): Indonesia
から (kara): dari
来る (kuru): datang

Arti literalnya memang “saya datang dari Indonesia”, namun pola kalimat di atas bisa kita gunakan saat memperkenalkan diri yang kurang lebih maksudnya “saya dari Indonesia”.

Nah, kuru bisa juga ditempelkan pada bentuk te verba sehingga menjadi -te kuru. Pada bentuk ini, umumnya penulisannya menggunakan hiragana くる. Konstruksi -te kuru ini bisa memiliki banyak arti, dan kita akan mempelajari salah satunya di sini.

(more…)

Lokasi relatif (dan bonus permainan)

Jum'at, 28 November 2008 oleh Agro Rachmatullah

Morning Musume di meja bundar
Siapa yang ada di sebelahku?

Untuk menyatakan lokasi relatif, misalnya “depan rumah”, bahasa Jepang menggunakan partikel no yang fungsinya menggabungkan dua nomina. Untuk contoh “depan rumah”, bahasa Jepangnya adalah ie no mae dengan ie berarti “rumah” dan mae berarti “depan”. (perhatikan urutan katanya yang beda dengan bahasa Indonesia)

Inilah beberapa nomina yang menunjukkan lokasi relatif yang bisa kamu gunakan:

上 (ue): atas
下 (shita): bawah
右 (migi): kanan
左 (hidari): kiri
中 (naka): dalam
前 (mae): depan
後ろ (ushiro): belakang
近く (chikaku): dekat
隣 (tonari): sebelah

Beberapa contoh berikut menunjukkan bagaimana posisi relatif tersebut dipakai di kalimat:

ああ目の前にあなた立っているわ [Sakura Mankai: | ]
aa me no mae ni anata tatteiru wa
Ah, engkau sedang berdiri di depan mataku

目 (me): mata
前 (mae): depan
あなた (anata): kamu
立つ (tatsu): berdiri

Kalau ingin lengkap secara tata bahasa, seharusnya anata diikuti partikel wa atau ga. Namun partikel-partikel memang sering diabaikan baik di percakapan maupun karya sastra. wa yang ada di akhir kalimat ini bukan partikel topik wa tapi akhiran kalimat (gobi) yang biasa digunakan perempuan untuk penekanan.

(more…)

Tadaima: aku pulang?

Senin, 26 Mei 2008 oleh Agro Rachmatullah

Pelajar bahasa Jepang biasanya akan berkenalan dengan beragam ungkapan umum di awal-awal studinya. Salah satu ungkapan tersebut adalah 「ただいま」 (tadaima) yang sering diterjemahkan “Aku pulang!” Memang maksudnya begitu, namun kalau kita terjemahkan secara mentah, arti sebenarnya adalah “Baru saja.” Baru saja ngapain? Ya… baru saja pulang.

(more…)