Archive for the ‘Menengah’ Category

-te kuru: pergi dan kembali lagi

Selasa, 14 April 2009 oleh Agro Rachmatullah

\"Tunggu di sini, aku akan datang kembali\"
“Tunggu di sini. Aku akan pergi dan nanti datang kembali!”

kuru (来る) adalah verba yang berarti “datang” (betuk sopannya adalah kimasu). Inilah contoh kalimat sederhananya:

私はインドネシアから来ました
watashi wa indoneshia kara kimashita
Saya datang dari Indonesia

私 (watashi): saya
インドネシア (indoneshia): Indonesia
から (kara): dari
来る (kuru): datang

Arti literalnya memang “saya datang dari Indonesia”, namun pola kalimat di atas bisa kita gunakan saat memperkenalkan diri yang kurang lebih maksudnya “saya dari Indonesia”.

Nah, kuru bisa juga ditempelkan pada bentuk te verba sehingga menjadi -te kuru. Pada bentuk ini, umumnya penulisannya menggunakan hiragana くる. Konstruksi -te kuru ini bisa memiliki banyak arti, dan kita akan mempelajari salah satunya di sini.

(more…)

Akhiran buri pada lama waktu

Selasa, 24 Maret 2009 oleh Agro Rachmatullah

Untuk menyatakan bahwa waktu yang panjang telah berlalu sejak sesuatu terakhir dilakukan, kita bisa menempelkan akhiran buri (振り). Akhiran ini ditempelkan ke lama waktu misalnya sankagetsu (3 bulan) dan juu-nen (10 tahun). Sebagai contoh sankagetsu buri berarti “setelah 3 bulan”.

Inilah beberapa contohnya:

2年ぶりにおばあさんの墓参りに行った
ni-nen buri ni obaasan no hakamairi ni itta
Aku berkunjung lagi ke makam nenek setelah 2 tahun lamanya

2 (ni): dua
年 (nen): tahun
おばあさん (obaasan): nenek
墓参り (hakamairi): kunjungan ke makam
行く (iku): pergi

(more…)

Lokasi relatif (dan bonus permainan)

Jum'at, 28 November 2008 oleh Agro Rachmatullah

Morning Musume di meja bundar
Siapa yang ada di sebelahku?

Untuk menyatakan lokasi relatif, misalnya “depan rumah”, bahasa Jepang menggunakan partikel no yang fungsinya menggabungkan dua nomina. Untuk contoh “depan rumah”, bahasa Jepangnya adalah ie no mae dengan ie berarti “rumah” dan mae berarti “depan”. (perhatikan urutan katanya yang beda dengan bahasa Indonesia)

Inilah beberapa nomina yang menunjukkan lokasi relatif yang bisa kamu gunakan:

上 (ue): atas
下 (shita): bawah
右 (migi): kanan
左 (hidari): kiri
中 (naka): dalam
前 (mae): depan
後ろ (ushiro): belakang
近く (chikaku): dekat
隣 (tonari): sebelah

Beberapa contoh berikut menunjukkan bagaimana posisi relatif tersebut dipakai di kalimat:

ああ目の前にあなた立っているわ [Sakura Mankai: | ]
aa me no mae ni anata tatteiru wa
Ah, engkau sedang berdiri di depan mataku

目 (me): mata
前 (mae): depan
あなた (anata): kamu
立つ (tatsu): berdiri

Kalau ingin lengkap secara tata bahasa, seharusnya anata diikuti partikel wa atau ga. Namun partikel-partikel memang sering diabaikan baik di percakapan maupun karya sastra. wa yang ada di akhir kalimat ini bukan partikel topik wa tapi akhiran kalimat (gobi) yang biasa digunakan perempuan untuk penekanan.

(more…)

Akhiran klasik adjektiva -ki

Kamis, 25 September 2008 oleh Agro Rachmatullah

Di bahasa tertulis, dan terkadang dalam percakapan, sisa-sisa bahasa Jepang klasik masih muncul. Salah satunya adalah akhiran klasik -ki bagi adjektiva-i, menggantikan akhiran -i. Akhiran ini hanya bisa digunakan untuk memodifikasi nomina dan tidak bisa muncul jika adjektivanya mengakhiri kalimat:

悲しき恋 [Kanashimi Twilight: | ]
kanashiki koi
cinta yang menyedihkan

悲しい (kanashii): sedih
恋 (koi): cinta

(more…)

Partikel identifikasi no pada klausa subordinat

Sabtu, 6 September 2008 oleh Agro Rachmatullah

Kita semua (iya kan?) mengenal partikel no sebagai partikel kepemilikan. Contohnya, watashi no keeki berarti “kue milik saya”. Secara umum, partikel no ini memungkinkan suatu nomina memodifikasi nomina lain.

Namun pada klasusa subordinat, kita bisa menemui partikel no yang artinya sama sekali berbeda dengan contoh di atas. Pada kasus ini, partikel no fungsinya sama seperti partikel ga yaitu sebagai partikel identifikasi.

Perhatikan contoh berikut:

お母さんが作った
okaasan ga tsukutta
Ibu membuat (sesuatu)

Di contoh tersebut ga mengidentifikasi bahwa ibu adalah pelakunya. Klausa tersebut bisa digunakan untuk memodifikasi nomina misalnya keeki (kue):

お母さんが作ったケーキ
okaasan ga tsukutta keeki
Kue yang dibuat ibu

Untuk sedikit menyegarkan ingatan, bagian berwarna hijau yang memodifikasi keeki disebut klausa subordinat.

Nah, contoh berikutnya yang menggunakan no memiliki arti yang persis sama:

お母さんのが作ったケーキ
okaasan no tsukutta keeki
Kue yang dibuat ibu

(more…)

Ibu dan ayah: “haha” atau “okaasan”? “chichi” atau “otousan”?

Sabtu, 7 Juni 2008 oleh Agro Rachmatullah

Terdapat banyak sekali kata untuk konsep ayah dan ibu. Di artikel ini kita hanya akan membahas dua untuk masing-masing dan melihat perbedaan penggunaannya.

(haha) dan お母さん (okaasan) sama-sama berarti ibu. Walaupun begitu, “okaasan” terdengar lebih menghormati. Oleh karenanya, untuk menyebut ibu dari lawan bicara kita menggunakan “okaasan”. Contohnya:

お母さんは家にいる?
okaasan wa ie ni iru?
Apa ibu kamu di rumah?

家 (ie): rumah
いる (iru): ada

(more…)

Tadaima: aku pulang?

Senin, 26 Mei 2008 oleh Agro Rachmatullah

Pelajar bahasa Jepang biasanya akan berkenalan dengan beragam ungkapan umum di awal-awal studinya. Salah satu ungkapan tersebut adalah 「ただいま」 (tadaima) yang sering diterjemahkan “Aku pulang!” Memang maksudnya begitu, namun kalau kita terjemahkan secara mentah, arti sebenarnya adalah “Baru saja.” Baru saja ngapain? Ya… baru saja pulang.

(more…)