Tutorial Watarasebashi #25 – Penggunaan partikel topik dengan verba dan konsep kala taklampau

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Di episode sebelumnya kita telah berkenalan dengan partikel topik wa. Kali ini kita akan mengenalnya lebih jauh, yaitu penggunaannya bersama verba.

Bentuk taklampau verba

Kalau kamu perhatikan pembahasan kita mengenai konjugasi nomina dan adjektiva, misalnya adjektiva-i, kamu bisa melihat bahwa adjektiva bisa berada pada bentuk taklampau dan lampau. Contohnya adalah samui (dingin, taklampau) dan samukatta (dingin, lampau).

Konsep ini disebut kala (tense) dan tidak dikenal pada bahasa Indonesia. Misalnya, pada kalimat “Sekarang dingin” dan “Kemarin dingin” kata “dingin” tidak mengalami perubahan walaupun menunjuk pada dua konsep waktu yang berbeda. Bahasa Indonesia mudah ya :) ?

Di bahasa Jepang, kala pada verba juga dibagi menjadi bentuk taklampau dan lampau. Kita belum mempelajari konjugasi lampau verba, tapi dari namanya sudah jelas bahwa bentuk lampau digunakan untuk menunjuk kejadian di masa lalu. Di lain pihak, verba yang diambil mentah-mentah dari kamus misalnya aruku (berjalan) akan memiliki kala “taklampau”, dan kita akan mempelajari berbagai penggunaannya di sini.

Sebenarnya ini adalah pembahasan yang intrinsik dengan verba, bukan dengan partikel topik wa. Hanya saja, dengan menggunakan partikel wa kita bisa mengangkat contoh-contoh kalimat yang lebih kongkrit. Secara bersamaan kita juga akan lebih menguasai penggunaan partikel wa.

Bentuk taklampau verba untuk menyatakan kebenaran umum

Bentuk taklampau verba bisa digunakan untuk menyatakan kebenaran umum. Inilah contohnya:

馬は走る。鷲は飛ぶ。鯨は泳ぐ。
uma wa hashiru. washi wa tobu. kujira wa oyogu.
Mengenai kuda, berlari. Mengenai burung elang, terbang. Mengenai ikan paus, berenang.

馬 (uma): kuda
走る (hashiru): berlari
鷲 (washi): burung elang
飛ぶ (tobu): terbang
鯨 (kujira): ikan paus
泳ぐ (oyogu): berenang

Perhatikan bahwa kita masih menggunakan terjemahan literalnya yaitu “Mengenai…” agar membiasakan diri dengan cara berpikir orang Jepang yang sebenarnya. Kalimat tersebut bermakna “Kuda berlari. Burung elang terbang. Ikan paus berenang.” Semuanya menunjuk pada kebenaran umum: Kuda adalah binatang yang berlari, entah itu dulu, saat ini, maupun di masa depan. Jadi bentuk taklampau bisa digunakan untuk membuat pernyataan yang selalu benar kapanpun waktunya.

Bentuk taklampau verba untuk menyatakan rutinitas

Bentuk taklampau juga bisa kita gunakan untuk menyatakan kebiasaan. Inilah contoh mudahnya:

私は日記を書く。
watashi wa nikki o kaku
Mengenai saya, menulis buku harian.

私 (watashi): saya
日記 (nikki): buku harian
書く (kaku): menulis

Kalimat tersebut tentu saja maksudnya “Saya menulis buku harian.” Di situ verba kaku menyatakan bahwa “menulis” merupakan aktivitas rutin. Ini beda dengan kebenaran umum, karena kebenaran umum merupakan hal yang berlaku setiap saat sedangkan rutinitas hanyalah aktivitas yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja: Di kalimat atas kita tidak bermaksud bahwa kita menulis setiap saat, tapi misalnya hanya setiap hari sebelum tidur saja.

Dengan rutinitas ini, kita tentunya bisa menyisipkan keterangan waktu:

弟は毎朝牛乳を飲む。
otouto wa maiasa gyuunyuu o nomu
Mengenai adik, tiap pagi minum susu.

弟 (otouto): adik laki-laki
毎朝 (maiasa): setiap pagi
牛乳 (gyuunyuu): susu (sapi)
飲む (nomu): minum

Kalimat yang berarti “Adik saya minum susu tiap pagi.” tersebut memiliki keterangan waktu maiasa (tiap pagi). Perhatikan bahwa keterangan waktu itu tinggal disisipkan tanpa perlu partikel apapun. Keterangan waktu lain yang bisa kamu gunakan contohnya adalah mainichi (毎日, tiap hari), maiban (毎晩, tiap malam), itsumo (いつも, selalu), dan tokidoki (時々, kadang-kadang). Ini contoh lainnya:

彼は時々ジョギングをする。
kare wa tokidoki jogingu o suru
Mengenai dia, terkadang melakukan jogging

彼 (kare): dia (laki-laki)
時々 (tokidoki): kadang-kadang
ジョギング (jogingu): jogging
する (suru): melakukan

Secara sederhana kalimat tersebut bermakna “Dia terkadang jogging.” Hal menarik di sini adalah bahwa di bahasa Jepang jogingu merupakan nomina. Jadi kalau ingin menyatakan aksi jogging, kita harus menggunakan verba suru (melakukan). Verba umum suru ini akan dibahas lebih lanjut di lain kesempatan.

Bentuk taklampau verba untuk menyatakan aksi masa depan

Bentuk taklampau juga bisa digunakan untuk menyatakan aksi masa depan. Contoh ini dengan gamblang menunjukkannya:

明日は行く。
ashita wa iku
Mengenai besok, pergi.

明日 (ashita): besok
行く (iku): pergi

Ingat, pada episode sebelumnya telah dibahas bahwa topik tidak selalu berarti subjek. Di kalimat atas, topiknya adalah “besok”. Namun jelas bahwa subjeknya bukan “besok” karena “besok” tidak mungkin “pergi” ke mana-mana. Subjeknya tidak disebutkan, jadi bisa saja “saya”, “kamu”, “dia”, atau yang lainnya. Salah satu terjemahan yang mungkin adalah “Saya akan pergi besok.”

Yang menarik di sini adalah bahwa keterangan waktu sebetulnya tidak diperlukan untuk membuat kalimat dengan kala masa depan. Inilah contohnya:

彼は行く。
kare wa iku
Mengenai dia, pergi.

彼 (kare): dia (laki-laki)
行く (iku): pergi

Kalimat dia atas berarti “Dia akan pergi.” walaupun pada kalimat Jepangnya tidak ada kata apapun yang artinya “akan”. Ini karena bentuk taklampau memang bisa memiliki makna masa depan tanpa perlu tambahan kata apapun. Ingat hal tersebut baik-baik.

Tentunya kita bisa menyertakan lengkap pelaku beserta waktunya. Kamu bisa menggunakan contohnya kyou (今日, hari ini), ashita (明日, besok), raishuu (来週, minggu depan), raigetsu (来月, bulan depan), rainen (来年, tahun depan), dan ato de (後で, belakangan/nanti). Perhatikan bahwa ato de menggunakan partikel konteks de (“dengan cara belakangan”). Inilah contohnya:

お母さんは今日帰る。
okaasan wa kyou kaeru
Mengenai ibu, hari ini pulang.

お母さん (okaasan): ibu
今日 (kyou): hari ini
帰る (kaeru): pulang, kembali

Dengan bahasa Indonesia yang lebih alami, kalimatnya adalah “Ibu akan pulang hari ini.”

Ambiguitas

Perhatikan lagi kalimat ini:

私は日記を書く。
watashi wa nikki o kaku
Mengenai saya, menulis buku harian.

私 (watashi): saya
日記 (nikki): buku harian
書く (kaku): menulis

Setelah dibahas bahwa bahasa Jepang tidak memerlukan kata “akan” untuk menunjuk pada masa depan, bukankah kalimat di atas juga bisa berarti “Saya akan menulis buku harian”? Tentu saja bisa, dan sekali lagi di sini kita perlu tahu konteks pembicaraannya untuk bisa tahu arti yang sebenarnya.

Dalam bahasa Jepang, kita memang harus belajar menerima bahwa kalimat-kalimat yang terpisah memiliki banyak ambiguitas. Namun jangan khawatir karena kalau kita mengikuti pembicaraan atau teksnya dari awal, konteksnya akan cukup jelas untuk mengetahui arti yang sebetulnya dimaksud. Yang penting adalah selalu berpikiran terbuka atas kemungkinan yang ada dan banyak latihan.

Penutup

Di sini kita telah melihat contoh penggunaan partikel wa dengan verba. Bisa dilihat sekali lagi bahwa topik tidak selalu menunjukkan pelaku atau subjek kalimat. Kita juga telah melihat berbagai makna yang bisa disampaikan kala taklampau. Secara spesifik, bentuk taklampau sudah langsung bisa menyatakan aksi di masa depan (akan) tanpa perlu tambahan kata apapun.

Untuk lebih mempermudah pemahaman, berikut diberikan diagram yang menunjukkan tiga makna yang bisa disampaikan bentuk taklampau. Garis biru merupakan garis waktu, sedangkan titik merah menunjukkan kapan aksinya terjadi:

Diagram kala taklampau pada bahasa Jepang

Di episode berikutnya, kita juga masih akan membahas seputar partikel wa.

Lampiran: daftar kata

寒い (samui): dingin
歩く (aruku): berjalan
馬 (uma): kuda
走る (hashiru): berlari
鷲 (washi): burung elang
飛ぶ (tobu): terbang
鯨 (kujira): ikan paus
泳ぐ (oyogu): berenang
私 (watashi): saya
日記 (nikki): buku harian
書く (kaku): menulis
弟 (otouto): adik laki-laki
毎朝 (maiasa): setiap pagi
牛乳 (gyuunyuu): susu (sapi)
飲む (nomu): minum
毎日 (mainichi): tiap hari
毎晩 (maiban): tiap malam
いつも (itsumo): selalu
時々 (tokidoki): kadang-kadang
彼 (kare): dia (laki-laki)
ジョギング (jogingu): jogging
する (suru): melakukan
明日 (ashita): besok
行く (iku): pergi
今日 (kyou): hari ini
来週 (raishuu): minggu depan
来月 (raigetsu): bulan depan
来年 (rainen): tahun depan
後で (ato de): belakangan, nanti
お母さん (okaasan): ibu
帰る (kaeru): pulang, kembali
アニメ (anime): film kartun
見る (miru): melihat
魚 (sakana): ikan

Simpan di situs bookmarking sosial:
  • Digg
  • del.icio.us
  • Twitter
  • Facebook
  • Technorati
  • Tumblr
  • Slashdot
  • StumbleUpon
  • Mixx
  • Google Bookmarks
  • Live
  • Identi.ca
  • LinkedIn

Tags: , , ,

11 Responses to “Tutorial Watarasebashi #25 – Penggunaan partikel topik dengan verba dan konsep kala taklampau”

  1. akina_airi says:

    gomen ne senpai >_<, baru mampir, ok ntar ki copas2 ya ^^, baru dibaca, jadi harus dicopas utk ngapalinnnya, ganbatte ikimashou senpai ^^

  2. @akina_airi

    go-yukkuri douzo… :)

  3. eka yuvani says:

    kirim kosa kata jepang yang lebih banyak lagi ke email aq ya..
    [email protected]

  4. Silahkan download file mentah EDICT, daftar katanya sangatlah lengkap:

    http://ftp.monash.edu.au/pub/nihongo/edict.zip

    Ini dokumentasinya: http://www.csse.monash.edu.au/~jwb/edict_doc.html

  5. Nisa says:

    Konnichiwa. Hajimemashite, Jkt no Nisa desu.
    Maaf sy baru baca watarasebashi #25 ini, ada yg ingin sy tnyakan. Klo sy tidak salah, bentuk “te iru” juga bisa sebagai petunjuk kegiatan yg dilakukan berulang-ulang. Jadi fungsinya sama dengan verba tak lampau yg menunjukkan rutinitas.
    Apakah ada bedanya dua kalimat dibwh ini:
    毎日ジョギングをする  VS  毎日ジョギングをしている

    Mohon penjelasannya.
    Arigatou gozaimasu.

  6. @Nisa-san

    はじめまして!

    Iya, betul sekali bahwa -te iru juga bisa sebagai petunjuk kegiatan yg dilakukan berulang-ulang. Pengamatan yang sangat baik!

    Oleh karenanya, kedua contoh kalimat yang Nisa-san berikan sama-sama bisa digunakan dan artinya sama. Sebagai pendukung statistiknya untuk lebih meyakinkan diri, tadi saya cari di google dan terdapat 498 kalimat pertama dan 597 kalimat kedua. Jadi keduanya memang sama2 umum dipakai :)

    Bedanya? Ya, hanya beda di “feeling” saja. Kalau di kalimat pertama, “rutinitasnya” bersifat implisit dan kita bisa tahu itu rutin karena ada kata 毎日. Kalau 毎日nya diganti 明日 misalnya, otomatis arti する bukan lagi “rutinitas” tapi menjadi “masa depan” (saya akan jogging besok). Jadi kalau pakai する semuanya sangat tergantung konteks.

    Di lain pihak, dengan kalimat kedua “rutinitasnya” bersifat explisit karena terpatri pada bentuk -te iru tersebut. Kalau 毎日-nya dibuang pun kita bisa tahu bahwa maksudnya rutinitas. Sedangkan kalau di kalimat pertama 毎日-nya dihilangkan, kalimatnya jadi ambigu (bisa rutinitas, bisa masa depan)

    Jadi kesimpulannya hanya beda di “feeling”-nya saja sedangkan maksudnya sama. Semoga penjelasannya membantu ^^.

  7. Nisa says:

    Konnichiwa.
    Agro san, kuwashiku setsumei shite kurete, arigatou gozaimashita.

    Sekaligus sbgai pertanyaan tambahan, kalau tidak keberatan, sy ingin mengutip lirik lagu “doushite”, sbb :
    初めて出会った、その日から、君を知っていた気がしたんだ。
    Di kalimat ini dipakai bentuk lampau krna memang yg ingin ditunjukkan adalah apa yg dirasakan pd waktu itu (lampau).
    Tapi klo merujuk ke kalimat seperti :
    おなかが空きました。
    yang dipakai bentuk lampau, untuk menyatakan bhwa si pembicara merasa lapar skrng (karena perutnya dlm keadaan kosong saat ini).

    Yg ingin sy tnyakan adalah untuk kata kerja seperti : 
    気がする atau 感じがする
    knpa yg dipakai bentuk tak lampau untuk menunjukkan keadaan yg dirasakan oleh pembicara saat ini?
    contoh:
    ちょっと何か食べたい気がする
    apakah memang bentuk “te iru” memang tidak digunakan untuk kasus verba ini?

    Terima kasih untuk kesediaan waktunya.
    Arigatou gozaimasu.

  8. @Nisa-san

    Pengamatan yang sangat tajam. Iya, memang sebetulnya bentuk tak lampau (気がする, 思う, dsb) juga bisa menyatakan pikiran atau perasaan pembicara saat ini (berarti kasus tersebut tidak dibahas di artikel ini ya…).

    Untuk 気がする, memang yang lebih umum adalah menggunakan する dan bukan している. Namun secara teknis している juga bisa digunakan, coba cari di google misalnya.

    Kalau pertanyaannya ‘kenapa yang umum digunakan bentuk taklampau, bukannya bentuk ている?’, sayang sekali jawaban terbaik saya hanyalah: ‘memang pada kenyataannya yang biasa seperti itu’. Tapi kalau boleh menebak (ingat, hanya tebakan saya), saya rasa mungkin karena mengatakan する lebih praktis daripada している.

    Mungkin ini juga alasannya mengatakan 。。。と思う lebih umum daripada 。。。と思っている hehe.

    Penjelasan tata bahasa pada umumnya berusaha mengcover penggunaan untuk kasus umum. Namun kalau kita menjumpai kasus-kasus spesifik yang tata bahasanya tidak sesuai dengan cara berpikir kita orang Indonesia (misal お腹がすいた (umumnya bukan すいている) dan 日本語がわかる (tidak pernah dengan を)), ingat-ingat saja bahwa ‘keanehan’ tersebut adalah bahasa Jepang yang benar dan berusahalah menirunya agar bahasa Jepang kita juga terdengar alami.

  9. Yuitomodachi says:

    Agro Sensei,kono blog wa subarashii’n desu.. Demo doushite kono watarasebashi no tutorial wa tsuzukanai? Boku wa matteru kara.. Hehehe..

  10. @Yuitomodachi-san

    Iya waktu itu sempet vakum jadi kehilangan momentumnya. Rencananya kapan2 mau buat silabel terus lanjut lagi, jadi walaupun vakum tinggal lanjut dari silabelnya aja :)

  11. yayat says:

    agro-sensei,
    Hajimemashite. Yayat desu. Sebenarnya saya sedang mencari artikel mengenai “N-suru”, kemudian saya menemukan blog ini. Saya belajar banyak dari sini. Minna ni shoukai shimashita. Hontouni tasukarimashita. Yoroshikereba N Suru no koto wo oshiete itadakimasen ka.
    Yoroshiku onegaishimasu.

Tulis komentar