Tutorial Watarasebashi #24 – Berkenalan dengan partikel topik wa

[Pada seri tutorial ini, kita akan belajar bahasa Jepang dari nol dengan menggunakan lagu Watarasebashi sebagai materinya. Karena pembahasan tiap episode dibangun dari pembahasan-pembahasan sebelumnya, saya menyarankan agar kamu mengikutinya dari episode pertama.]

Sekarang waktunya kita untuk berkenalan dengan partikel yang perannya vital di bahasa Jepang yaitu partikel wa (は). Di lagu Watarasebashi, dia pertama kali digunakan pada potongan anata wa di awal-awal. Kita akan berusaha membahasnya dengan rinci dan hati-hati, karena pemahaman yang salah tentang partikel ini akan menghambat studi bahasa Jepangmu.

Penulisan

Pertama-tama, perlu diketahui bahwa partikel wa ini ditulis dengan hiragana “ha” (は). Jadi ingat, huruf は normalnya dibaca “ha” misalnya pada kata はい (hai, iya), namun saat berfungsi sebagai partikel は dibaca “wa”.

Partikel wa ditulis dengan hiragana は (“ha”), namun selalu dibaca “wa”.

Peran dan penggunaan

Partikel wa disebut partikel topik. Sesuai namanya, dia digunakan untuk menentukan topik pembicaraan kita. Dengannya, kita bisa mengatakan bahwa “saya bukan guru” (topiknya “saya”), “dia bukan guru” (topiknya “dia”), atau yang lainnya. Perhatikan contoh berikut:

私は先生じゃない
watashi wa sensei janai
mengenai saya, bukan guru

私 (watashi): saya
先生 (sensei): guru

Menggunakan bahasa Indonesia yang alami, kalimat di atas bisa diartikan “saya bukan guru”. Kenapa digunakan terjemahan yang aneh yaitu “mengenai saya…”? Ini karena hal yang ditandai dengan wa belum tentu merupakan subjek dalam kalimat bahasa Indonesianya. Misalnya adalah contoh berikut:

魚は好き
sakana wa suki
mengenai ikan, suka

魚 (sakana): ikan
好き (suki): suka

Kalimat di atas bisa saja berarti “ikan suka ganggang (atau makanan lain yang sedang dibicarakan)”, yang berarti bahwa “ikan” adalah subjeknya. Tapi kalimat di atas bisa juga berarti “saya suka ikan”, yang berarti bahwa subjeknya adalah “saya”. Kita tidak bisa tahu apa yang sebenarnya dimaksud tanpa petunjuk tambahan.

Jangan kaget bahwa satu kalimat sederhana bisa berarti dua hal yang jauh berbeda. Di bahasa Indonesia, kalimat seperti “saya suka ikan” juga bisa berarti macam-macam: “saya suka ikan (sebagai binatang peliharaan)” maupun “saya suka ikan (untuk disantap)”. Kalau melihat suatu kalimat di bahasa Jepang, kita harus menganggapnya sebagai bagian dari suatu tulisan panjang atau percakapan. Kita hanya bisa tahu persis arti yang diinginkan dengan cara melihat konteks pembicaraan yang telah ada sebelumnya.

Terjemahan mentah yang diberikan bagi sakana wa suki adalah “mengenai ikan, suka”. Kalau dilihat lebih lanjut, sebenarnya dua kemungkinan arti yang telah dibahas sama-sama cocok dengan terjemahan mentahnya:

  • mengenai ikan, (mereka) suka (makan ganggang)
  • mengenai ikan, (saya) suka (mereka)

Nah, telah dilihat bahwa kata yang ditandai partikel wa belum tentu merupakan subjek kalimat. Oleh karenanya di awal-awal kita akan menggunakan terjemahan mentah “mengenai sesuatu, …” agar kamu tidak terjebak pemikiran yang salah. Secara khusus, jangan menganggap wa sebagai “adalah” (yang menduduki fungsi tersebut adalah da). Kalau dirasa sudah mahir, nantinya tutorial ini juga akan langsung memakai terjemahan bahasa Indonesianya yang alami.

Setelah topiknya ditentukan dengan partikel wa, maka hubungan topik tersebut dengan sisa kalimatnya bisa bermacam-macam. Kita akan mengeluarkan beberapa contoh.

私は犬だ
watashi wa inu da
Mengenai saya, anjing

私 (watashi): saya
犬 (inu): anjing

Kira-kira apa maksud kalimat tersebut? Hal pertama yang terbayang mungkin saja “Saya adalah anjing”. Ya, itu salah satu arti yang mungkin, sama seperti novel Natsume SosekiWagahai wa Neko de aru” yang artinya “Saya adalah kucing”. Namun kalimat tersebut juga bisa bermakna “Saya memelihara anjing”, mungkin menjawab pertanyaan “Teman-teman, kalian memelihara binatang apa saja?” yang muncul sebelumnya. Arti lain juga masih mungkin, misalnya “Saya suka anjing”.

父はインドネシア
chichi wa indoneshia
Mengenai ayah, Indonesia

父 (chichi): ayah
インドネシア (indoneshia): Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta

Tentu saja kalimat tersebut tidak berarti “Ayah saya adalah Indonesia” kecuali kalau kamu ingin sedikit puitis. Arti yang masuk akal misalnya “Ayah saya lahir di Indonesia” atau “Ayah saya sekarang tinggal di Indonesia”. Dan kalau memang itu bagian dari pembicaraan tentang sepak bola, bisa saja maksudnya “Ayah saya fans timnas Indonesia”.

Untuk kalimat di bawah ini, silahkan berimajinasi sendiri mengenai artinya yang mungkin:

彼女は明日じゃない
kanojo wa ashita janai
Mengenai dia, bukan besok

彼女 (kanojo): dia (perempuan)
明日 (ashita): besok

Saya akan berikan suatu kemungkinannya: “Dia matinya bukan besok”. Ya, silahkan saja bayangkan sendiri settingnya, misalnya pembicaraan hidup mati seseorang antar dua malaikat. Tulis kemungkinan yang bisa kamu dapatkan di komentar ya?

Penutup

Di sini kita berkenalan dengan partikel topik wa yang ditulis dengan hiragana は. Partikel itu disebut partikel “topik” dan bukan partikel “subjek” karena memang tidak selalu menunjukkan subjeknya. Kita melihat bahwa AはB tidak selalu berarti “A adalah B”. Hubungan antara A dengan B bisa apapun, tergantung konteks pembicaraannya.

Diharapkan dengan membaca episode ini kamu bisa mulai merasakan bahwa partikel wa sangatlah ampuh dan multiguna, walaupun mungkin agak misterius. Kita masih akan membahas topik-topik yang berkaitan dengan partikel wa ini untuk beberapa episode ke depan.

Lampiran: daftar kata

Kata-kata yang tadi muncul sebagai contoh didaftar di sini.

あたな (anata): kamu
私 (watashi): saya
先生 (sensei): guru
魚 (sakana): ikan
好き (suki): suka
犬 (inu): anjing
父 (chichi): ayah
インドネシア (indoneshia): Indonesia
彼女 (kanojo): dia (perempuan)
明日 (ashita): besok
吾輩 (wagahai): saya (arogan)
猫 (neko): kucing

Simpan di situs bookmarking sosial:
  • Digg
  • del.icio.us
  • Twitter
  • Facebook
  • Technorati
  • Tumblr
  • Slashdot
  • StumbleUpon
  • Mixx
  • Google Bookmarks
  • Live
  • Identi.ca
  • LinkedIn

Tags: ,

7 Responses to “Tutorial Watarasebashi #24 – Berkenalan dengan partikel topik wa”

  1. [...] episode sebelumnya kita telah berkenalan dengan partikel topik wa. Kali ini kita akan mengenalnya lebih jauh, yaitu [...]

  2. Roy says:

    Kanojo wa ashita janai

    Saya akan berikan suatu kemungkinannya: “Dia matinya bukan besok”. Ya, silahkan saja bayangkan sendiri settingnya, misalnya pembicaraan hidup mati seseorang antar dua malaikat. Tulis kemungkinan yang bisa kamu dapatkan di komentar ya?

    - Tidak menikah besok?
    - Tidak pergi besok?
    - Tidak sekolah besok?

    Bisa kan yah?

  3. @Roy

    Aksi-aksi yang kamu angkat sebagai contoh semuanya bisa :) . Tapi agar “feeling” dan makna kalimat bahasa Indonesianya sesuai dengan makna kalimat Jepangnya, harus diubah cara mengutarakannya. Kuncinya adalah menyadari bahwa di kalimat bahasa Jepangnya terdapat “ashita janai” (bukan besok).

    Misalnya untuk contoh kalimat kedua harus diubah menjadi:

    * Dia perginya bukan besok (mengenai dia, (perginya) bukan besok)
    Dalam hal ini, orang-orang yang terlibat pembicaraan sudah tahu bahwa “dia” akan “pergi”. Hanya saja yang dipermasalahkan/dibicarakan waktunya kapan. “besok?”, atau “bukan besok?”

    Kalau kalimat yang Roy-san berikan, “(dia) Tidak pergi besok”, maknanya cukup beda. Yang terbayang oleh saya adalah “dia selalu pergi, tapi untuk besok dia tidak pergi”. Dalam hal ini “besok”-nya sudah pasti, dan yang dibicarakan adalah pergi atau tidaknya. Padahal yang dikonjugasi menjadi negatif di kalimat bahasa Jepangnya adalah “ashita/besok”. Dengan kata lain, di kalimat bahasa Jepangnya yang dipertanyakan bukanlah “pergi atau tidak pergi?” tapi “besok atau bukan besok?”. Terasa bedanya kan :) ?

    Kalimat ketiga misalnya bisa diubah jadi “dia mulai masuk sekolahnya bukan besok (tapi lusa misalnya)”. Sekali lagi, yang dibicarakan bukannya “sekolah” atau “tidak sekolah”, tapi “besok” atau “bukan besok”.

    Semoga maksud penjelasannya tersampaikan.

  4. jote says:

    boleh juga nie blog nya,,,bisa buat belajar,,,,Terima Kasih yumeko,,,,

  5. @jote

    Terima kasih juga kunjungannya :)

  6. [...] tersebut, kamu harus tahu bahwa “ha” harus dibaca “wa” saat dia sebagai partikel topik. Pada contoh teks di atas, cara membaca yang benar tentunya “watashi wa…” [...]

  7. ika says:

    wahhhh..
    dapet inspirasi niehhh buat skripsiii
    tapi masih bingung mau angkat judul apa buat skripsi

Tulis komentar